Wednesday, 1 May 2013

SERPIHAN TAWA MASIH MENYINDIR


Entah mengapa
setiap kali mengeja
perkataan itu juga yang terlihat
pudar warna tetap terpancar jelas
di setiap sudut kucuba
memadamkan garis ingatan
melawan diri namun tewas

gigil diri seakan mengerti
darah yang mengalir itu seakan membeku
luka yang terdendam tidak mampu terbuang

mengapa aku tewas
namun tenang di wajah itu
bagai menyindir tawa
saat aku berlawan kata

tidak berdaya seorang aku
acapkali di buru
oleh gelombang semalam
bagaikan berdiri aku tidak seimbang
ke mana aku pandang semuanya kegelapan

saat guruh memuntahkan serpihan
bertaburan kaca-kaca kelukaan
mampukah
aku berdiam

penalukisan hati
ummi marsheyta
1/4/13
Taiping
SERPIHAN TAWA MASIH MENYINDIR

Entah mengapa
setiap kali mengeja
perkataan itu juga yang terlihat
pudar warna tetap terpancar jelas
di setiap sudut kucuba
memadamkan garis ingatan
melawan diri namun tewas

gigil diri seakan mengerti
darah yang mengalir itu seakan membeku
luka yang terdendam tidak mampu terbuang

mengapa aku tewas
namun tenang di wajah itu
bagai menyindir tawa
saat aku berlawan kata

tidak berdaya seorang aku
acapkali di buru
oleh gelombang semalam
bagaikan berdiri aku tidak seimbang
ke mana aku pandang semuanya kegelapan

saat guruh memuntahkan serpihan
bertaburan kaca-kaca kelukaan
mampukah
aku berdiam

penalukisan hati
ummi marsheyta
1/4/13
Taiping

No comments:

Post a Comment